Friday, April 5, 2013

What is life for?

Ada salah satu pesan dari seorang teman yang pernah tinggal disini, jangan pernah memasuki daerah sensitif orang Rusia dalam percakapan : agama. Pesan yang sama, pernah saya baca dalam sebuah buku, entah dari Lonely Planet, atau Culture Shock buku, atau sebuah website, saya lupa. Walaupun negara komunis sudah tumbang, kegiatan agama sudah dihidupkan, namun bekas atheis yang kuat masih menancap di sebagian orang.
Di hari Minggu kadang dijumpai orang-orang yang  berangkat ke gereja Kristen Ortodox. Para wanitanya akan memakai rok panjang dan tutup kepala. Sebagian besar, memang para lanjut usia. Yang muda-muda, mungkin masih tertidur lelap dalam pelukan dingin udara. Tetapi, secara umum, dlm obrolan dg guru bahasa Rusia saya, kehidupan beragama tidak banyak berperan. Secara forml, mereka memang beragama kristen ortodox, tetapi dalam praktik ibadahnya, banyak yg tidak melakukan kegiatan ritual.

Seorang teman di Rio de Janeiro dulu, berasal dari Kazakhstan, adalah cucu seorang mufti masjid, yang ditembak mati, karena mempertahankan masjid yang akan diruntuhkan. Dibawah kekuasaan komunis, orangtuanya tidak lagi bisa menjalankan agama, dan akhirnya menghasilkan anak-anak yang beragama Islam secara formal, tapi tidak tahu bagaimana syariat tersebut dijalankan. Ketika Soviet tumbang, banyak sukraelawan dari berbagai agama yang masuk ke negara tersebut, menjalankan misi penyebarannya. KEgmnangan tetntang agama krn dikuasai Soviet dr tahun 1922-1990, membuat rakyat benar-benar buta soal agama, Dia sempat bercerita, kakak perempuannya sempat membawa berbagai selebaran agama, mulai dari Budha, Kristen, Katolik pulang ke rumahnya. Dari berbagai diskusi ketiga kakak beradik, diperoleh kesimpulan mereka tetap akan beragama Islam. Apa yang terjadi kemudian dengan keluarga tersebut?
PErcakapan kami di pagi hari, saat minum teh sebelum kepindahan saya ke Moscow, cukup menyentuh hati. Dia bercerita, kalau kakak perempuannya akhirnya menunaikan ibadah sholat lima waktu. Walau tidak berjilbab, namun mereka sekeluarga melaksanakan ibadah lainnya juga. Teman saya sendiri , karena menikah dengan bule Amerika, dan belum sempat belajar agama secara benar, masih belum tahu Islam yang sebenarnya. Sayang sekali, karena dia mengeluh di minggu terahir saya tinggal disana. Saya pikir dia tidak tertarik, karena dia tidak pernah mengeluarkan pernyataan apapun tentang keagamaan.
Sementara, adik laki-lakinya berubah dari seorang yang suka hura-hura dan menghabiskan harta orangtua, menjadi seorang alim, halus, lebih perhatian kepada kedua orangtua, bahkan sampai memberikan sebagian penghasilannya di sebuah perusahaan minyak kepada mereka. Sayangnya, dia merasa adiknya tidak normal lagi dalam bersikap. Tidak normal? Karena tahu-tahu datang kerumah, dan minta dinikahkan dengan seorang perempuan, yang bahkan dia sendiri tidak mengenalnya. Selalu berjenggot dan celana kependekan. Yang terpenting, selalu menolak makan bersama keluarga besar, karena keberatan dengan acara sulang vodka. Betapa hebatnya sang adik, yang berusaha menegakkan ajaran Islam secara benar, setelah hambar dan tidak menemukan ketenangan dalam kemewahan harta.
Ternyata dia risih dengan eksklusifitas adiknya. Ternyata  salah satu argumennya, sambil minta maaf, dia pernah mengirmkan foto saya, yang sedang makan siang bersama seorang teman, dengan baju yang agak terbuka auratnya. Dia bahkan menjelaskan padanya, saya yang berjilbab, ikut aktif dalam organisasi PTA (PArent Teacher Assosiation) di sekolah, dan mau bergaul dengan siapa saja. Aduuh, hati saya berdesir.
Bangga? Bukan. Malu, tapi sayang, memang saya tak punya pilihan lain. Dalam salah satu ayat perumpaan dalam Qur'an, muslim yang tidak memilih-milih teman dalam pergaulan, diibartkan sebagai seorang zebra. YAng bisa bergabung dengan kuda, jerapah, binatang apa saja.
Untuk teman tersebut, saya doakan semoga hidayah membawanya kembali ke jalan Allah.
KEmbali ke Moscow, saya pernah berbincang panjag lebar dengan pemilik perusahaan taksi yang dikontrak oleh kantor suami. PEraturan lama kantor melarang karyawan dan keluarganya untuk menyetir sendiri mobil. Memang, disini masih bisa ditemukan polisi yang berulah, main stop sembarangan. Kadang berujung dengan beberapa lembar uang yang harus melayang.
Saat itu sudah dia sudah kesekian kali mengantar saya. Igor, demikian nama si boss, memang akan turun tangan, kalau armada taksinya cukup sibuk. "Why you need to cover your hair? Is it your culture or what?" sambil melirik dari kaca spion, dia menanyakan hal itu.
"It's obligation. I am muslim."
"Ow, I don't belief with all religion. It's just I feel a powerless when I accept that God is exist. And why you need a religion, to make you feel happy?"
"No, to know and to feel, what life is for. To guide our life for the next life."
"Hmmm.... for me, what is the life for.. I never think about is. For...money maybe? No...no..because sometimes money doesn't make me happy." Igor tersenyum. Dia yang barusaja membelikan hadiah ulangtahun istrinya yang ke 50, dengan mobil seharga 50 ribu dolar, mulai merenung.
"No, but why you have so many rules. I don;t believe that God will be busy with the all that you did. I heard that you need special meat (halal meat), why? And even your husband told me that you are not allowed to eat pork?"
"Yes, we are. And alcohol."
"Alcohol?NO..kidding... your husband never drink wine? beer?"
"No..."
"Never want to try? OR maybe just in front of you he doesn;t do it... I don't believe it. I knew him so well"
"So you don't know about him."
"Ooh poor your husband."
"I want to know, so, why there is some people that are born very poor. OR maybe, they have special need, and always need help other people to take care of their life. what is a purpose of their life. Are they powerful? Don't they believe in God? Why the life is so unfair to them. For me, the next life, is the result of our life now."
"uuuhhh, you right, then what is life for, for them....Owwh.. " PErcakapan berhenti, karen kami sudah memasuki kompleks apartemen. 

Sunday, February 10, 2013

Dengan Bank Mandiri, tinggal di luar negeri bukan lagi halangan untuk bertransaksi

Januari tahun ini, kami sudah memasuki tahun ke-15 hidup di perantauan. Dari sekedar yang hanya akan berniat dua tahun saja merasakan hidup di luar negeri, ternyata akhirnya bisa selama itu, dan entah kapan akan menetap kembali ke Indonesia, kami tak tahu.
Januari 1999, adalah tahun pertama penugasan bagi suami saya yang bekerja di perminyakan, di Comodoro Rivadavia, Argentina, sebuah kota kecil hampir di ujung selatan benua Amerika. Sebagai keluarga muda yang baru menikmati kehidupan ekspatriasi yang pertama, kami sangat menikmati kehidupan baru. Segala pengeluaran belanja kami pikirkan dengan hati-hati. Mumpung bisa menabung, siapa tahu setelah dua tahun ditugaskan, kami bisa pulang dan pindah rumah ke tipe yang lebih besar dari yang kami punya.

Tahun demi tahun berlalu, takdir berbicara lain. Kami masih hidup di luar negeri, penugasan dari kantor selalu diperpanjang. Ternyata kami sudah hidup di lima negara, yang berada di empat benua berbeda. Syukurlah, dengan fasilitas kantor, kami bisa pulang ke Indonesia dua atau tiga kali dalam setahun. Akibatnya, hubungan batin kami dan anak-anak (yang lahir dan besar di luar) dengan kampung halaman masih kuat terjalin. Kemudahan berkomunikasi yang ditunjang oleh majunya perangkat teknologi, membuat hubungan saya dengan keluarga dekat, jauh, maupun teman-teman tetap terjaga. Tinggal di luar negeri, tak lagi merasa sendiri dan terisolasi.
Jejaring sosial yang ada saat ini, sangat membantu saya untuk tetap bisa update dengan keadaan keluarga dan teman. Bahkan sejak online shop (OS) mulai menjamur, saya jadi bisa mengikuti perkembangan mode di Indonesia, maupun buku-buku yang baru terbit.
Dulu, saya hanya bisa gigit jari saja. Kalaupun ada yang jualan yang menarik, paling saya hanya bisa berkomentar, semoga nanti bisa menemukannya di toko, ketika mudik. Tentu saja, jualan di online shop, tak selalu mudah didapat di toko tradisional. Mau minta saudara yang tinggal di Indonesia, untuk membelikan, tentulah akan merepotkan. Nah, sejak menjadi nasabah Bank Mandiri saya merasakan kemudahan yang luar biasa. Tinggal di luar negeri, bukan lagi halangan untuk bertransaksi. Saya  bisa berbelanja buku-buku baru, baju, kerudung (untuk dikirim ke alamat di Indonesia), atau bahkan hanya sekedar untuk memberi kejutan hadiah pada keponakan yang berulangtahun. Disaat mudik ke Indonesia, pada saat berbelanja saya banyak menggunakan fasilitas kartu debit mandiri. Kartu kredit dari negara tempat domisili kami, untuk sementara saya istirahatkan.

Saya adalah pengguna aktif  mandiri internet. Menu yang mudah dipahami, membuat saya merasa aman dan nyaman menggunakannya. Cukup memasukkan ID dan password untuk log in, kita akan bisa langsung bertransaksi dengan mengikuti menu-menu yang ada. Yang menyenangkan, setiap kali selesai transaksi, baik lewat internet maupun ATM, saya akan menerima notifikasi lewat email dan sms ke hp nomor telepon dari provider Indonesia, yang memang saya bawa ke luar negeri. Notifikasi itu membuat saya merasa lebih aman.
Tentu saja transaksi dari luar negeri tersebut tidak sekedar sempit digunakan untuk berbelanja saja. Ketika terjadi bencana di tanah air, kami yang tinggal di luar negeri tentu tak ingin tinggal diam. Disaat itulah, saya merasakan manfaat mempunyai rekening di Bank Mandiri tersebut. Teman-teman yang lain, mengumpulkan dana bersama-sama, dan menitipkan uangnya pada saya untuk ditransfer ke Indonesia. Bahkan saya beberapa kali dimintai tolong oleh teman-teman untuk mentransferkan dana bantuan pada saudaranya yang sedang kesulitan dana. Akhirnya rekening saya pun dimanfaatkan pula untuk membayarkan zakat dan sedekah baik dari pribadi maupun dari titipan teman-teman.
Transfer antar bank Mandiri yang bebas biaya, membuat saya berusaha untuk memilih bertransaksi dengan sesama pemilik rekening bank Mandiri. Kalaupun terpaksa harus bertransaksi dengan nasabah dari bank lain, biaya transfer dari bank Mandiri, ternyata cukup rendah.
Banyak hal lain yang menyebabkan saya bertambah mantap menjadi nasabah bank yang bermoto "Terdepan, terpercaya, tumbuh bersama anda" tersebut. Produk-produknya yang disediakan seiring dengan perkembangan waktu, mampu menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat saat ini.

1.Mandiri KTA
Fasilitas Kredit Tanpa Agunan ini diberikan kepada seluruh WNI yang berdomisili di Indonesia, dengan penghasilan tetap minimum Rp 2.500.00,00 untuk yang berdomisili di Jabodetabek dan Bandung, serta minimum Rp 2.000.000,00 untuk yang berdomisili diluar Jabodetabek dan Bandung. Limit maksimal dari KTA adalah 5x gaji. Cukup dengan menunjukkan foto kopi KTP, slip gaji dan rekening tabungan, maka anda sudah bisa menikmati fasilitas ini. Selain tanpa agunan, kelebihan lain dari produk ini adalah cicilan yang ringan, jangka waktu kredit yang disediakan sampai 5 pilihan serta adanya Perlindungan Asuransi Jiwa. Produk ini sangat cocok dipakai ketika anda mempunyai kebutuhan mendesak yang tidak bisa menunggu waktu lagi. Anggota keluarga yang tiba-tiba sakit, dan membutuhkan dana yang cukup besar, sementara mungkin asuransi kesehatan tak dipunyai atau tak mencukupi. Besarnya biaya masuk sekolah, rumah yang perlu direnovasi segera, pembelian kendaraan atau sekedar membeli perabotan baru juga bisa ditangani dengan kredit ini.

Kredit Bebas Anggunan (sumber gambar: www.bankmandiri.co.id)

2.Mandiri KPR
Merupakan Kredit Pemilikan Rumah yang diberikan kepada perorangan untuk keperluan pembelian rumah/apartemen/ruko/rukan yang dijual melalui developer maupun non developer. Mandiri KPR ini memliki beragam fitur yang disediakan sesuai dengan kebutuhan anda. Keuntungan dari produk ini adalah suku bunga yang kompetitif, prosesnya yang cepat dan mudah, dengan uang muka ringan dan jangka waktu pembayaran bisa sampai dengan 15 tahun. Sebagai informasi, Bank Mandiri ,bekerja sama dengan lebih dari 350 proyek developer di seluruh Indonesia. Tentu saja layanan ini sangat membantu nasabah yang tinggal diberbagai kota yang memerlukan rumah tinggal dengan cara diangsur.

3.Mandiri Tabungan
Hanya dengan setoran awal sebesar Rp 500.000,00 anda sudah dapat mempunyai rekening Mandiri Tabungan. Pembukaan rekening, penyetoran maupun penarikan bisa dilakukan diseluruh Cabang Mandiri. Persyaratan untuk membuka rekening ini adalah KTP atau Surat Keterangan Domisili/ Surat Keterangan Kerja, apabila KTP anda berbeda lokasi dengan cabang tempat pembuatan rekening Mandiri Tabungan. Yang menarik, produk ini mempunyai layanan Autodebet untuk melakukan pembayaran rutin bulanan seperti air, listrik, handphone, maupun kartu kredit. Dengan memanfaatkan fasilitas ini, para nasabah yang sibuk,, akan sangat terbantu. Ada lagi  fasilitas Automatic Fund Transfer (ATF) yang memungkinkan nasabah untuk melakukan transfer rutin kepada keluarga atau rekan bisnis, sehingga kewajiban tidak terlalaikan. Ada lagi yang fasilitas yang membuat kartu ATM Mandiri saya selalu berada di dalam dompet, sekalipun saat ini saya tinggal di Moscow, Rusia. Mandiri Debit, bisa berfungsi sebagai kartu debit diseluruh merchant-merchant yang berlogo VISA, baik di dalam maupun di luar negeri. Sehingga, saat belanja pun, saya merasa nyaman, apabila kartu debit/kredit lokal dinegara saya tinggal mengalami masalah, ataupun  saya kehabisan uang cash, saya tetap mempunyai kartu cadangan yang bisa digunakan.

4.Mandiri Tabungan Rencana
Merupakan tabungan dengan setoran wajib bulanan yang memberikan ekstra perlindungan asuransi. Tujuan dari produk ini adalah untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Syarat dari penabung adalah berusia minimal 18 tahun dan maksimal 70 tahun pada Mandiri Tabungan Rencana jatuh tempo. Syarat lainnya, penabung memiliki Mandiri Tabungan atau Mandiri Giro. Nasabah bebas menentukan dan mengubah setoran bulanan dari Rp 100.000,00 atau US$ 10 perbulan. Yang sangat menarik, adalah adanya perlindungan asuransi gratis. Bank Mandiri bekerjasama dengan PT AXA Mandiri Financial Service, memberikan perlindungan bagi penabung hingga Rp 5 juta atau US$500 tiap bulannya. Tidak hanya itu, apabila terjadi Ketidakmampuan Tetap atau meninggal dunia, maka pihak asuransilah yang akan meneruskan membayar setoran rutin penabung, hingga jangak waktu yang ditentukan. Penabung kemudian akan mendapatkan tabungan beserta bunganya pada akhir jangka waktu tersebut.

5.Mandiri Kartu Kredit
Kartu Kredit Bank Mandiri memudahkan anda dalam berbagai transaksi. Ketika berbelanja, nasabah tak perlu lagi menenteng banyak uang cash, karena kartu kredit Mandiri, menjawab kebutuhan anda. Sebagai informasi, mempunyai beberapa macam fasilitas menarik yang ditawarkan, seperti power buy, power cash, power bills, power discounts, power points dan lain-lain. Adanya fasilitas tersebut memungkinkan kita membeli dengan cara mencicil, mendapatkan pinjaman cash, melakukan pembayaran, mendapatkan diskon belanja dan lain-lain.
Produk kartu Kredit ada beberapa macam, disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan nasabah. Everyday Card, merupakan kartu kredit pertama bagi pemegang kartu baru. Selain itu ada Kartu Kredit Gold dan Silver, Hypermart Card, Golf Card dll. Seluruh jenis kartu kredit mempunyai perlindungan Mandiri Protection, yang akan melindungi ahli waris dari kewajiban melunasi seluruh tagihan apabila pemegang kartu kredit meninggal dunia atau cacat tetap. Kartu Kredit Mandiri bekerja sama dengan dua jaringan internasional kartu kredit, yakni Visa dan Mastercard.
Fasilitas lain yang tak kalah menarik adalah mandiri memberikan fasilitas e-billing untuk informasi tagihan mandiri kartu kredit. Apabila nasabah memilih fasilitas ini, maka informasi tagihan akan dikirim melalui kanal elektronik seperti sms dan email. Dengan demikian penggunaan kertas bisa diminimalisasi. Sebuah langkah yang cukup menarik, untuk ikut serta berpartispasi dalam menyelamatkan bumi. Dengan demikian nasabah melalui Bank Mandiri ikut serta dalam program Go Green, Go Paperless. Sampah kertas akan berkurang, dan jumlah pohon yang ditebang juga akan berkurang.

Karena banyaknya keuntungan yang bisa diperoleh dengan menjadi nasabah Bank Mandiri , membuat saya tetap menjadi nasabah setia. Apapun keinginan saya, bank Mandiri solusinya. Persis seperti yang ditayangkan oleh video berikut ini.



.
Tulisan ini disertakan dalam lomba blog kontes Mandiri


Wednesday, November 28, 2012

What's your dream that hasn't come true?

Dalam sebuah diskusi di group yang saya ikuti, ada pertanyaan menarik dari seorang teman, "Apa mimpimu yang sampai saat ini belum tercapai?" Jawaban cukup bervariasi. mulai dari yang sangat simpel, sampai yang kompleks. Simpel? Karena mimpinya adalah bisa membuat baju sendiri. Kompleks? Karena sebagian besar mimpinya belum tercapai dan perwujudannya butuh biaya, tenaga dan waktu.
Mimpi, adalah bagian dari hidup kita. Dengan mimpi, semangat hidup jadi tambah. Coba deh bayangkan, hidup kita rutin, setiap hari dilalui dengan biasa. Melakukan semuanya, karena memang harus dilakukan, bukan karena untuk tujuan tertentu. Wuiih...jenuh kan jadinya. Ujung-ujungnya bosan. Ketika sebuah mimpi diletakkan, kita ada target. Kalau target tak tercapai? Bukan berarti hidup kita gagal. JAdikan semangat untuk hari berikutnya.

Kalau anda pernah mengunjungi Disney Parks, mereka selalu menmpatkan semboyan tulisan, "Let's the memory begin". Tulisan itu, selalu ditempatkan di depan pintu masuk, diatas gambar Mickey mouse dari tanaman.Memang, Disney ingin memberikan kesan yang kuat, bahwa berkunjung ke Disney, akan memberikan kesan yang mendalam bagi anak-anak. Sehingga kesan itu akan terbawa hingga dewasa kelak. Selain itu, semboyan lain, adalah Disney, Where dreams come true... Fantasi anak-anak tentang princess dan istananya, yang semual hanya ada dalam khayalan mereka, ternyata terwujud di Disney park. Bahkan sampai saat ini, Zahra dalam usianya yang hampir 5 tahun, masih menganggap Disney princess itu ada. Bahwa mereka tinggal di istana-istana Disney. Mereka bersedia menemani anak-anak untuk makan malam bersama :) . Kadang kakaknya menggoda, berusaha menjelaskan, tapi tetap saja dia tetap percaya. Malah kadang marah kalau berkali-kali diingatkan. Ya sudahlah, toh nanti si kecil akan sadar sendiri, bhwa itu dunia fantasy saja. Kan dulu kakak-kakaknya juga mengalami fase yang sama...



Mimpi saya sederhana tapi tak mudah mewujudkannya. Mempunyai keluarga yang dirahmati Allah, mempunyai anak-anak sholeh sekaligus menjadi anak sholeh bagi orangtua, serta orangtua yang shaleh bagi anak2 saya. Dengan target itu, saya mempunya rem ketika banyak kegiatan keluar rumah yang cukup menarik. HArus pilih-pilih kegiatan, agar rumah tidak terlantar. Kalau pagi sudah keluar seharian, tentu waktu anak dirumah sepulang sekolah, saya jadi sibuk didapur....duh, kasihan mereka. Mana sempat kita bermain dengan mereka. Paling-paling hanya bisa mengerjakan PR bersama. PAdahal, kalau saya sempatkan having fun together,entah main lego, pesawat atau polly pocket , setelah itu akan mudah sekali memasukkan program-program kita ke mereka. Entah baca Iqro untuk Azul, atau mengaji untuk Naila...membaca buku bersama. Mimpi diatas merupakan a big dream. Artinya, mimpi dalam jangka panjang, karena merupakan salah satu tujuan hidup. Wong sudah punya target saja, kadang diri saya sendiri tidak konsisten dalam mewujudkannya. Sore-sore, setelah capek beraktifitas di school days, yg biasanya hari "No TV", malah nyetelkan tivi untuk anak. Walaupn hal ini jarang terjadi....namun. ketika badan sudah capek, merebahkan tubuh adalah jalan ternyaman untuk menyembuhkannya. KAdang sih, dengan rebahan, anak-anak ikut bergabung sambil membaca buku, atau mengerjakan PR dikasur....
Mimpi jangka pendek? Ditempatkan ditempat yang memungkinkan anak2 bisa belajar sekaligus mengamalkan ajaran agama dengan mudah.

Bisa anda menempatkan mimpi adalah dalam kebendaan. Tak perlu khawatir. Bukannya saya anti kebendaan, kok tidak menargetkan misalnya punya apartemen bagus dan mewah. Atau misalanya saya ingin someday maybe ke Canada atau ke Switzerland melihat keindahan alamnya. Tapi keinginan itu belum memasuki derajat mimpi. Artinya, kalau bisa ya sukur, kalau tidak ya gak papalah... Saya tidak melakukan seluruh daya upaya untuk keinginan-keinginan itu. Rumah, walau tidak mentereng, saya sudah merasa cukup dengan yang kita miliki. Jalan-jalan? Walaupun sebelumnya bukan mimpi saya, tapi saya selalu bersyukur, diberi kenikmatan mengunjungi beberapa tempat, merasakan luasnya bumi Allah. 

Ada pengalaman menarik tentang mimpi. Kira-kira 25 tahun yang lalu, ayah saya mempunyai mimpi untuk pergi berhaji. Saat itu, beliau yang hanya seorang guru SMP, selalu menyisihkan uang 25 ribu rupiah kedalam tabungan haji. Tetangga saya, seorang pengusaha kaos yang masih muda, selalu menggoda ayah kalau berkunjung kerumah "Sudah berapa tabungannya pak Haji?" Tiba-tiba saja, baru dua tahun menabung, abang saya menyerahkan seluruh hasil tabungannya hasil kerja ditahun pertama yang dititipkan ke ibu, untuk biaya haji. Wah, tidak hanya kurang, malah berlebih dan cukup untuk uang sangu sekalian. 

So, buat anda, jangan takut untuk bermimpi. Biarlah orang menertawakan atau menyepelekan, tetap berusahalah untuk menggapai mimpi itu...........

Monday, November 26, 2012

Mencari daging halal di Pasar di Moscow

Bermula dari ajakan bu Tatiana, salah seorang sekretaris di kantor, yang mengurusi para eksatriate. "Ayo kita cari daging halal di pasar. You will find any part of the meat..." Duh ngiler dong... kan daging halal yang kita beli selama ini dari supermarket Achan saja. Pastilah cuma berujud daging2 biasa saja. Tak ada tulang, maupun has dalam.
Sebenarnya dari supermarket tsb bisa didapat turkey breast utk sandwich, bbrp macam sosis, maupun peperoni. Demikian juga ayam, iga kambing maupun dagingnya.Tapi utk daging sapinya, semua berujud daging biasa. kurang seru rasanya kalau pas pingin buat soto betawi yan gperlu jeroan, maupun buntut sapi.
Niatnya sh, biarlah..mungkin kita disuruh makan sehat, tak lagi pakai jeroan. Rupanya tawaran datang...jadilah kami menetapkan jadwal, Minggu Siang, jam 11.00.

Taksi dari Igor yang datang menjemput, selalu tepat waktu. Malah terlalu pagi. Jadi kamipun bisa datang sesuai dengan jadwal. Pasar itu, adalah Leningrad Market, di jalan leningrad nomor 55, dekat metro Sokhol. Tak lupa, posisi segera disimpan di GPS. Agar kalau sewaktu-waktu perlu kesana, kami tak lagi kesasar,

Dibagian pintu masuk, sudah disambut aroma Arabic sweet. Ada baklava , teh arab dsb. Ah, tapi semua itu saya lewatkan. Takut gak kemakan, dan takut gak enak rasanya. Lewat dari situ, ada yang jualan granada syrup, buah granada (delima)nya besar-besar, berbiji penuh-peuh dan warna merah tua.
Menurut bu Tatiana, keguanaan syrup itu untk saus saat makan dengan ikan. JAdi syrup, dimasak diatas api, sampai kental. diamakan dengan ikan bakar atau goreng.

Disebelahnya ada penjual berbagai acar. Baunya harum sekali. SAyang saya tak tahu, mau dimakan dengan apa acar tersebut, jadilah variasa acar yang menarik, juga lewat.
Akhirnya kami pun langsung menuju ke penjual daging halal. Masya Allah, penjualnya ramah sekali. rupanya bu Tatiana sudah menjadi pelanggan bertahun-tahun. Beliau bukan muslim, tapi hanyapercaya pada penjual daging ini. Dengan sabar, si penjual menjelaskan bagian2 yang ada pada pembeli.

Kami juga menemukan habatushaudah di toko itu. Ada dua merk, dan bu Tatiana menganjurkan saya mengambil yang royal. Lebih mahal sedikit, tapi lebih bagus kualitasanya. Rupanya itu titipan dari penjual biji2 kering diseblahnya. Disitu pula saya menemukan kurma majduul. Walau mahal, tapi tak semahal bila beli di supermarket. Sekilo 600 dolar.
Kurma berdaging tebal ini, adalah favorit kami. Bu Tatiana sempat memperingatkan, awass itu 600 lho... lhah, tapi bagaimana lagi? Kurma ini sangat penting untuk sahur dan buka. Jadi walaupun mahal, tetap kami kejar...
Kentang dan wortel, banyak yang dijual masih berbalut tanah. Ternyata itulah rahasia agar tetap segar walau tak dimasukkan ke dalam kulkas.
Pulangnya, bisa ditebak, bagasi mobil hampir tak muat menampung belanjaan kami. Senang bisa terjun langsung k epasar rakyat ini. Semoga masih bisa datang kesana lagi'

Sunday, November 25, 2012

Eid ul Adha 2012, our first snow in Moscow


Tinggal di Moscow, apalagi kalau bukan salju yang ditunggu oleh anak-anak. Tiap pagi, mereka selalu menanyakan kapan salju datang. Dan akhirnya pagi itu, saat kami baru saja pulang dr sholat Eid di KBRI Moscow, salju deras pun datang.

Salju yang turun, bagai ribuan kapas beterbangan, menempel di mana-mana. Di jaket, di payung, di atap, di kaca mobil. Saya coba untuk menggengamnya, namun uuh tak jua berhasil. Saya berusaha untuk menggapai butiran yg agak besar, tapi salju itu selalu luluh dalam genggaman. Luruh bersama hangatnya jemari yang perlahan menguap, berubah menjadi dingin...
Saya berlari, menari berputar, terbahak dan berteriak... finally.....I can touch you, my frist snow in Moscow!!
Saat itu, kami barusaja keluar dari Metropolis mall. dengan sepatu boots selutut dan jaket berisi bulu angsa, yang masih lekat dengan harumnya bau toko. Biarlah orang-orang melirik, biarlah orang-orang menggumam, saya tak peduli...
Kotak sepatu boots, berisi sepatu lama, basah tertutup banyak butiran salju. Kami naik tramway pun, lantainya licin...Oops, hampir tergelincir.
Hutan kayu di kanan sepanjang jalan mulai tertutup butiran kapas itu. Indah sekali...
Takbir masih terucap di bibir ini. Gemanya semakin terasa mendalam dengan keindahan alam yang saat itu sedang terjadi.
Allahu Akbar.
Biarpun salju turun cukup deras, kegiatan orang-orang tetap berlangsung normal. Semua orang berjalan kaki dengan cepat, setengah berlari. Saya tahu, meskipun cepat, mereka tetap waspada. Sepatu sudah dibuat dengan disain yang berbeda, alas kaki, dibuat dari karet, yang berpola, agar tidak licin.
Paginya, salju sudah tebal menutup halaman. Boat-boat yang biasa parkir di yacht club, sudah disingkirkan. Taman diseberang sungai tampak indah. Tiba-tiba, ada dua anak laki-laki, berlari ketengah lapangan bola. Dari binokuler, kami tahu, mereka anak-anak korea, bersekolah SMA di American school, yang biasa berangkat bareng-bareng di school bus. OOh rupanya mereka mengukir hamparan salju. Anak-anak korea itu, menuliskan kata-kata, yang kurang lebih berarti I love you....
Indah sekali...

Wednesday, October 3, 2012

Moscow, dan stasiun metronya

Alhamdulillah, bulan Oktober ini kami memasuki bulan kedua tinggal di Moscow. Tepatnya pada tanggal 23 Agustus kami memulai hidup menetap disini. Seminggu sesudahnya, kami pindah dari hotel Lotte, di daerah Arbat, pusat kota, ke kompleks apartemen Alye Parusa, luar kota, di daerah Moscow Tenggara yang berada tepat di pinggir sungai Moscow.

Saat kami menginjakkan kaki untuk pertama kalinya, 1 Juli 2012, suhu udara sedang panas-panasnya. Anak-anak lebih memilih tinggal dihotel, bermain dan berenang, dari pada menjelajah kota. Memang suhu panas dan lembab sangat tidak nyaman untuk mereka. Apalagi belum tentu taksi bisa didapat. Transportasi yang paling mudah dan cepat, dengan metro. Metro menjangkau dari ujung utara ke selatan, barat ke timur. Seandainya tujuan jauh dari stasiun metro, tersedia sambungan transportasi berupa tram listrik dan bus yang murah dan cukup banyak. Untunglah, kami hanya tinggal selama dua minggu. Menjelang Ramadhan, kami pulang kampung. Puasa di musim panas terlalu berat untuk anak-anak. Subuh dimulai jam 02.50, dan diakhiri 22.05. Subhanallah.




Saat ini, di awal musim gugur, suhu kadang-kadang sudah mencapai 3 derajat di pagi hari. Anak-anak pun berangkat dengan jaket tebal. Syal dan sarung tangan selalu ditanggalkan belum sampai di depan pintu lift. Terpaksalah saya simpan dulu. Belum waktunya mungkin. Repotnya, siang hari, suhu cukup sejuk, sekitar 10-12 derajat, sehingga saat pulang sekolah jaket sudah terlepas pula. PAdahal tanpa jaket, temperatur itu cukup dingin untuk keluar tanpa baju hangat. Solusinya, diluar seragam selalu saya pasangkan sweater untuk mereka. Semoga itu cukup melindungi.

Di Moscow, statiun metro yang banyak tersebar di seluruh penjuru kota mempunyai desain yang sangat menarik dan berbeda-beda. Ini sangat membantu saya untuk mengingat-ingat. Maklum, pengetahuan huruf yang masih baru, membuat saya perlu waktu beberap menit untuk membacanya.

Ada stasiun yang mempunyai banyak patung. Di bagian yang ada patung anjing, banyak orang yang berhenti sebentar, menyempatkan diri untuk mengelus atau memegang anggota tubuh anjing tersebut. Karena terlalu sering dipegang, warnanya sampai berubah. Konon, dengan itu, mereka berharap bisa kembali ke kota Moscow lagi, Ada juga yang berkata, itu adalah ekspresi rasa sayang mereka pada anjing.
What do you wish Naila by touching the dog statue? Nothing Mum, It is shirk if I do that.



Puluhan ribu commuter menggunakan transportasi anti macet ini. Sempatkah mereka menikmati keindahannya?


Tuesday, October 2, 2012

Birthday? Hari yang istimewakah?

Dua belas tahun yang lalu, di kota kecil bernama Comodoro Rivadavia, bayi ini lahir. Setelah dua minggu ditunggu tak juga lahir, maka dokter Enrique Lanzani pun memutuskan untuk melakukan tindakan operasi cesar. Sebelumnya, setiap pagi saya harus melakukan pengecekan kondisi bayi. APakah gerakan masih aktif dll. Ketika akhirnya seminggu lebih tak juga ada pembukaan, sedangkan induksi tak mungkin lagi dilakukan, maka Naila pun lahir dengan jalan operasi.

Jam 08.00 pagi, kami masih kontrol biasa, dan saat itu diputuskan untuk operasi. "Ssst, no hable si ya comiste una barra de chocolate..." bisik dr LAnzani. Memang, perut yg seharusnya kosong sebelum operasi sudah saya isi dengan sebatang coklat, agar si bayi aktif bergerak saat di monitor.

Dan...jam 11 siang pun kami sudah berada di Hospital Espanola. Ketika diminta baju bayi oleh perawat sebagai persiapan sebelum bayi lahir, astoghfirullahal adziim... tas hanya berisi baju-baju saya. Rupanya semalam, ketika saya melakukan pengecekan ulang, tidak kembali saya masukkan ke dalam tas. Terpaksalah Pak Mei pulang untuk mengambilnya. Hfff untung dekat. JAraknya 3 km saja.

Kemarin, kami mencium dan membangunkan si mantan bayi itu, dengan penuh rasa syukur. "Where is the present?" Oops, bangun tidur kok langsung nagih. Bukankah sudah ada boot cantik? Sudah ada bean bag seperti yang kau minta, anakku? "No, Azul dan Zahra belum kasih hadiah...." Hahahaha, she knew that! Dia tahu kalau papanya masih menyisakan dua buah hadiah untuknya, yang dibeli di Madrid minggu lalu.

Ulang tahun? Bid'ah, Atik!! Yes, I knew it. Saya selalu mencoba untuk tidak merayakannya. Tapi untuk melupakan bahwa itu hari yang istimewa, dan menjadikannya sebagai hari biasa, kadang sulit untuk diwujudkan. Si anak, yang tumbuh dalam lingkungan barat, menuntut untuk menjadi istimewa di hari itu. Maka, walaupun tidka dirayakan dengan mengundang teman sekolah misalnya, tapi kami memberikan sesuatu hadiah untuk mereka. Sebagai imbangan, kami juga selalu berusaha memberikan hadiah pada hari raya Muslim. Agar mereka sadar, bahwa hari itu adalah hari istimewa bagi kaum muslim.

Bayangkan, bagaimana gembiranya Naila, saat pulang sekolah datang dengan segudang cerita. Setiap ada session kelas yang diikuti, selalu diawali dengan lagu happy birthday ke dia. Setiap dia mencoba menjawab pertanyaan, atau berbicara di dalam kelas, diikuti dengan lagu itu pula. Bahkan ketika masuk ke cafetaria sekolah, semua berdiri dan menyanyikan lagu itu untuknya. Yang terakhir, dalam assembly pun, semua menyanyikannya. Guru, teman dan semua yang hadir. Mungkin, karena dia siswa baru di sekolah itu, dia mendapat perlakuan istimewa, begitu jalan pikiran saya. Efeknya? Sehari sebelumnya dia yang complain tentag sekolahnya, karena teman-temannya suka pinjam alat2 tulis dan jarang kembali lagi, hari itu datang dengan kalimat " I love that school!"

Berikut tulisan saya pada note FB tgl 11 Maret, ketika sahabat SD saya berulangtahun dan saat itu saya teringat padanya, Nining :

Entah kenapa, saat duduk di bangku sekolah dasar aku dan beberapa sahabat mempunyai kebiasaan mengingat tanggal ulang tahun teman. Padahal diantara kami hanya beberapa saja yang rutin merayakan pesta ulang tahun. Walau hari itu berlalu begitu saja, tapi kami beramai-ramai memberikan ucapan dan pelukan kepada sahabat yang sedang berulangtahun.

Ulang tahunku sendiri pernah dirayakan ketika aku duduk di kelas 6 SD. Mungkin karena itu tahun terakhir di SD ataukah orang tua iba padaku yang selalu menjadi tamu di dalam pesta. Tak pernah mengundang teman. Karena dana terbatas, bapak ibuku adalah guru SMP, maka perayaannya juga sangat sederhana. Menu utama pesta adalah tumpeng nasi kuning dan soto ayam. Kok masih ingat? Iya dong, karena itu yang pertama dan terakhir buatku.

Di sekolah, pada hari ulang tahunku itu juga, teman-teman memberikan surprise yang mengesankan. Saat membuka tas sesudah jajan di kantin ada sebuah bungkusan di dalamnya. Ketika kubuka, ternyata berisi segenggam daun kemangi yang dipetik dari kebun sekolah. Bungkusan itu diikat dengan beberapa karet gelang. Spontan aku berlari ke kamar mandi, muntah-muntah. Rupanya mereka menggodaku. Teman-temanku tahu kalau aku punya phobia dengan karet gelang dan benci dengan aroma daun kemangi. Ketika balik lagi ke kelas, mereka masih tertawa terpingkal-pingkal. Diriku? Tentu saja antar marah dan gondok, tapi malu untuk mengungkapkan. 

Saat kami sudah bisa saling kontak lagi lewat FB, ternyata mereka masih ingat kejadian itu. Sekarang sih aku tertawa geli, tapi coba bayangkan perasaanku saat itu?Kebiasaan mengingat hari ulangtahun teman, ternyata masih melekat erat sampai duduk di bangku SMA. Walaupun begitu tidak semua bisa kuingat. Biasanya karena ada sesuatu yang bisa menjadi tonggak pengingatnya. Seperti misalnya Alimin, seorang teman yang pendiam, duduknya diujung belakang. Belum tentu dua minggu sekali aku berbincang dengannya. Kenapa aku masih ingat sampai saat ini? Karena hari ulangtahunnya tepat sehari setelah ulangtahunku. Atau Ronny, sahabatku saat kelas 1 SMA, mempunya hari ulangtahun yang sama dengan tanggal wafatnya ibu sahabatku yang lain.

 Jadi jangan pernah GR kalau aku ingat hari ulangtahunmu.Mengapa aku menyinggung tentang GR? Dalam sebuah group FB ibu rumahtangga, ada yang pernah mengeluh tentang sikap yang harus diambil karena ada seorang teman perempuan suami selalu teringat pada hari ulangtahun suaminya tersebut Apakah berarti perempuan tersebut mempunyai masa lalu dengan suaminya? Ataukah diam-diam dia merupakan pengagum suaminya? Haeduh….tentu saja aku kaget. Segera saat itu kuberi masukan. 
Selain karena aku kadang ingat pada ulang tahun seorang teman, juga karena ada seorang mantan teman kantor suami, perempuan, yang rajin mengucapkan selamat pada hari ulang tahun suamiku. Naksirkah dia? No! Lalu kenapa selalu ingat? Karena kebetulan hari lahir suamiku bersamaan dengan hari ulang tahun Brooke Shields, artis favoritnya.

Ketika sudah sibuk mengurus anak, aku sudah melupakan kebiasaan itu. Apalagi ditambah pengetahuan ilmu agama, yang mengajarkan hanya ada dua perayaan didalam agama Islam, Idul Fitri dan Idul Adha. Aku mulai menganggap hal itu tidak penting. Bagaimana dengan anak-anakku? Mereka tidak kubiasakan untuk merayakan hari ulang tahunnya. Paling sekedar datang ke sekolah, membawa kue dan meniup lilin bersama guru dan teman-temannya. Di rumah kusiapkan nasi kuning dan ada sekedar hadiah untuk anak yang berulangtahun. Sebagai penyeimbang, pada hari Idul Fitri dan Idul Adha aku juga memberikan hadiah pada mereka. Dengan hadiah itu, aku berharap mereka sadar bahwa hari itu istimewa bagi kita umat Islam. Dan ternyata benar mereka selalu menunggu datangnya hari ulangtahun dan kedua hari raya kita.
Fatalnya, adalah saat pergaulan sudah mulai merembet ke tingkat antar bangsa. Sesuatu yang sepele bagi kita, ternyata sangat penting nilainya untuk bangsa lain. Tetanggaku, sekaligus sahabat baik saat kami tinggal di Argentina, sempat marah beberapa tahun. Aku lupa mengirimkan ucapan selamat pada saat hari ulang tahunnya tiba. Email dariku tak lagi dijawabnya. Salahku juga sih, karena sebulan sebelumnya aku sudah diingatkan olehnya, kalau mereka sedang bersiap-siap membuat pesta. Untung kejadian yang tak mengenakkan beberapa tahun lalu, sudah membaik. Lagi-lagi FB yang mempertemukan kami lagi. Tentu saja, dengan pengingat dari FB aku tak pernah lagi lupa pada hari ulang tahun mereka.
Ketika kami pindah ke Rio de Janeiro, undangan pesta ulangtahun untuk anak-anak bertambah banyak. Orang Amerika Latin, baik pendatang maupun orang lokal lumayan banyak di American School, tempat sekolah anak-anakku. Mereka memang dikenal senang berpesta. Lama pestanya pun tidak main-main, empat jam. Karena perbandingan tempat pesta dengan pengguna tidak seimbang maka untuk pesan tempat di akhir pekan sangat sulit.

 Beberapa kali anak bungsuku yang baru berusia tiga tahun menerima undangan di hari sekolah, pada malam hari! Dari jam 17.30 sampai dengan jam 21.30. Dengan banyaknya undangan, tentu saja aku lebih selektif. Baik dari pertimbangan waktu pesta, jenis pesta maupun jarak tempuh dari rumah. Kalau tidak wah bisa jadi party kids deh anak-anakku.Jenis pestanya cukup beragam. Untuk yang berusia tiga sampai delapan tahun masih bermain di arena bermain, atau di rumah pertanian. Yang diundang sekeluarga pula. 
Untuk anak sulungku, usia 11 tahun, undangan pesta lebih variatif. Bisa dengan cara melakukan aktifitas di beberapa tempat kursus, seperti melukis, mengecat keramik atau bahkan manikur dan berdandan ala artis. Setelah selesai, mereka akan berlenggak-lenggok di karpet merah, melakukan semacam fashion show. Belakangan ini undangan limo party sedang menjadi mode. Biasanya yang diundang hanya teman karib saja, sekitar delapan sampai sepuluh anak. Anak-anak itu diajak berkeliling kota naik mobil limousine selama sekitar dua jam, didampingi orangtua yang berpesta. Sehabis itu, kadang dilanjutkan pijama party.
Pijama party hanya dilakukan antar teman dekat saja. Jadi, aku sudah kenal betul dengan orangtua temannya. Sudah tahu situasi dan peraturan dalam rumah itu. Karena sudah kenal, aku bisa berpesan agar mereka mengingatkan anakku untuk tidak lupa melakukan sholat lima waktunya. Suatu hal yang tidak mudah, karena kami satu-satunya keluarga muslim di sekolah itu.Aku yang masih bertahan untuk tidak mengadakan pesta bagi anak-anak, kadang sering merasa tidak konsisten. Di satu sisi aku tidak ingin menghabiskan biaya yang cukup mahal. Sepertinya kok sia-sia ribuan dolar, untuk sebuah pesta. Apalagi ada pendapat kalau hukum asalnya dilarang merayakan. Di sisi lain aku tahu betul anak-anakku pasti juga ingin menjadi pengundang pesta. 

Seperti yang kualami dulu sewaktu kecil.Nasehat Hanadi, orang Suriah, mantan tetanggaku di Libya dulu, adalah jangan pernah membiarkan anakmu datang ke pesta ulang tahun. Karena suatu ketika mereka akan minta untuk dirayakan juga. Alasan dia, perayaan itu bidah. Tidak ada ajarannya. Hmmm, anak-anakku yang masih kecil ini, yang masih harus ditegakkan kuat aqidahnya, apa sudah harus diperkenalkan dengan hukum bidah? Aku sedikit khawatir kalau mereka merasa Islam itu tidak fun. Yang ada hanya larangan saja. Lagipula hari berikutnya, pasti semua temannya akan membicarakan pesta itu di sekolah.
Pernah juga untuk si sulung kami mengadakan pesta sederhana. Bukan pesta ulangtahun, tapi pesta perpisahan, saat kami akan pindah dari Dubai ke Brasil. Pesta diadakan di sebuah tempat kursus membuat craft. Mereka yang datang diajak melukis di atas gelas. Gelas hasil lukisannya boleh dibawa pulang. Sederhana, tapi berkesan.

Di Rio de Janeiro aku belum menemukan tempat pesta yang jauh dari kesan hura-hura. Apa yang kulakukan ketika anak-anakku minta dirayakan? Kujelaskan pada mereka besarnya biaya sebuah pesta. Berapa besarnya biaya sebuah tiket pulang ke Indonesia, atau untuk berlibur. Begitu juga dengan besarnya penghasilan rata-rata orang Indonesia. Pesta sederhana di apartemen sendiri? Rasanya tak mungkin. Anak-anak membutuhkan ruang lapang untuk bermain, dan itu kami tak punya. Untunglah sampai saat ini, mereka masih bisa menerimanya. Semoga juga untuk nantinya.