Wednesday, November 28, 2012

What's your dream that hasn't come true?

Dalam sebuah diskusi di group yang saya ikuti, ada pertanyaan menarik dari seorang teman, "Apa mimpimu yang sampai saat ini belum tercapai?" Jawaban cukup bervariasi. mulai dari yang sangat simpel, sampai yang kompleks. Simpel? Karena mimpinya adalah bisa membuat baju sendiri. Kompleks? Karena sebagian besar mimpinya belum tercapai dan perwujudannya butuh biaya, tenaga dan waktu.
Mimpi, adalah bagian dari hidup kita. Dengan mimpi, semangat hidup jadi tambah. Coba deh bayangkan, hidup kita rutin, setiap hari dilalui dengan biasa. Melakukan semuanya, karena memang harus dilakukan, bukan karena untuk tujuan tertentu. Wuiih...jenuh kan jadinya. Ujung-ujungnya bosan. Ketika sebuah mimpi diletakkan, kita ada target. Kalau target tak tercapai? Bukan berarti hidup kita gagal. JAdikan semangat untuk hari berikutnya.

Kalau anda pernah mengunjungi Disney Parks, mereka selalu menmpatkan semboyan tulisan, "Let's the memory begin". Tulisan itu, selalu ditempatkan di depan pintu masuk, diatas gambar Mickey mouse dari tanaman.Memang, Disney ingin memberikan kesan yang kuat, bahwa berkunjung ke Disney, akan memberikan kesan yang mendalam bagi anak-anak. Sehingga kesan itu akan terbawa hingga dewasa kelak. Selain itu, semboyan lain, adalah Disney, Where dreams come true... Fantasi anak-anak tentang princess dan istananya, yang semual hanya ada dalam khayalan mereka, ternyata terwujud di Disney park. Bahkan sampai saat ini, Zahra dalam usianya yang hampir 5 tahun, masih menganggap Disney princess itu ada. Bahwa mereka tinggal di istana-istana Disney. Mereka bersedia menemani anak-anak untuk makan malam bersama :) . Kadang kakaknya menggoda, berusaha menjelaskan, tapi tetap saja dia tetap percaya. Malah kadang marah kalau berkali-kali diingatkan. Ya sudahlah, toh nanti si kecil akan sadar sendiri, bhwa itu dunia fantasy saja. Kan dulu kakak-kakaknya juga mengalami fase yang sama...



Mimpi saya sederhana tapi tak mudah mewujudkannya. Mempunyai keluarga yang dirahmati Allah, mempunyai anak-anak sholeh sekaligus menjadi anak sholeh bagi orangtua, serta orangtua yang shaleh bagi anak2 saya. Dengan target itu, saya mempunya rem ketika banyak kegiatan keluar rumah yang cukup menarik. HArus pilih-pilih kegiatan, agar rumah tidak terlantar. Kalau pagi sudah keluar seharian, tentu waktu anak dirumah sepulang sekolah, saya jadi sibuk didapur....duh, kasihan mereka. Mana sempat kita bermain dengan mereka. Paling-paling hanya bisa mengerjakan PR bersama. PAdahal, kalau saya sempatkan having fun together,entah main lego, pesawat atau polly pocket , setelah itu akan mudah sekali memasukkan program-program kita ke mereka. Entah baca Iqro untuk Azul, atau mengaji untuk Naila...membaca buku bersama. Mimpi diatas merupakan a big dream. Artinya, mimpi dalam jangka panjang, karena merupakan salah satu tujuan hidup. Wong sudah punya target saja, kadang diri saya sendiri tidak konsisten dalam mewujudkannya. Sore-sore, setelah capek beraktifitas di school days, yg biasanya hari "No TV", malah nyetelkan tivi untuk anak. Walaupn hal ini jarang terjadi....namun. ketika badan sudah capek, merebahkan tubuh adalah jalan ternyaman untuk menyembuhkannya. KAdang sih, dengan rebahan, anak-anak ikut bergabung sambil membaca buku, atau mengerjakan PR dikasur....
Mimpi jangka pendek? Ditempatkan ditempat yang memungkinkan anak2 bisa belajar sekaligus mengamalkan ajaran agama dengan mudah.

Bisa anda menempatkan mimpi adalah dalam kebendaan. Tak perlu khawatir. Bukannya saya anti kebendaan, kok tidak menargetkan misalnya punya apartemen bagus dan mewah. Atau misalanya saya ingin someday maybe ke Canada atau ke Switzerland melihat keindahan alamnya. Tapi keinginan itu belum memasuki derajat mimpi. Artinya, kalau bisa ya sukur, kalau tidak ya gak papalah... Saya tidak melakukan seluruh daya upaya untuk keinginan-keinginan itu. Rumah, walau tidak mentereng, saya sudah merasa cukup dengan yang kita miliki. Jalan-jalan? Walaupun sebelumnya bukan mimpi saya, tapi saya selalu bersyukur, diberi kenikmatan mengunjungi beberapa tempat, merasakan luasnya bumi Allah. 

Ada pengalaman menarik tentang mimpi. Kira-kira 25 tahun yang lalu, ayah saya mempunyai mimpi untuk pergi berhaji. Saat itu, beliau yang hanya seorang guru SMP, selalu menyisihkan uang 25 ribu rupiah kedalam tabungan haji. Tetangga saya, seorang pengusaha kaos yang masih muda, selalu menggoda ayah kalau berkunjung kerumah "Sudah berapa tabungannya pak Haji?" Tiba-tiba saja, baru dua tahun menabung, abang saya menyerahkan seluruh hasil tabungannya hasil kerja ditahun pertama yang dititipkan ke ibu, untuk biaya haji. Wah, tidak hanya kurang, malah berlebih dan cukup untuk uang sangu sekalian. 

So, buat anda, jangan takut untuk bermimpi. Biarlah orang menertawakan atau menyepelekan, tetap berusahalah untuk menggapai mimpi itu...........

Monday, November 26, 2012

Mencari daging halal di Pasar di Moscow

Bermula dari ajakan bu Tatiana, salah seorang sekretaris di kantor, yang mengurusi para eksatriate. "Ayo kita cari daging halal di pasar. You will find any part of the meat..." Duh ngiler dong... kan daging halal yang kita beli selama ini dari supermarket Achan saja. Pastilah cuma berujud daging2 biasa saja. Tak ada tulang, maupun has dalam.
Sebenarnya dari supermarket tsb bisa didapat turkey breast utk sandwich, bbrp macam sosis, maupun peperoni. Demikian juga ayam, iga kambing maupun dagingnya.Tapi utk daging sapinya, semua berujud daging biasa. kurang seru rasanya kalau pas pingin buat soto betawi yan gperlu jeroan, maupun buntut sapi.
Niatnya sh, biarlah..mungkin kita disuruh makan sehat, tak lagi pakai jeroan. Rupanya tawaran datang...jadilah kami menetapkan jadwal, Minggu Siang, jam 11.00.

Taksi dari Igor yang datang menjemput, selalu tepat waktu. Malah terlalu pagi. Jadi kamipun bisa datang sesuai dengan jadwal. Pasar itu, adalah Leningrad Market, di jalan leningrad nomor 55, dekat metro Sokhol. Tak lupa, posisi segera disimpan di GPS. Agar kalau sewaktu-waktu perlu kesana, kami tak lagi kesasar,

Dibagian pintu masuk, sudah disambut aroma Arabic sweet. Ada baklava , teh arab dsb. Ah, tapi semua itu saya lewatkan. Takut gak kemakan, dan takut gak enak rasanya. Lewat dari situ, ada yang jualan granada syrup, buah granada (delima)nya besar-besar, berbiji penuh-peuh dan warna merah tua.
Menurut bu Tatiana, keguanaan syrup itu untk saus saat makan dengan ikan. JAdi syrup, dimasak diatas api, sampai kental. diamakan dengan ikan bakar atau goreng.

Disebelahnya ada penjual berbagai acar. Baunya harum sekali. SAyang saya tak tahu, mau dimakan dengan apa acar tersebut, jadilah variasa acar yang menarik, juga lewat.
Akhirnya kami pun langsung menuju ke penjual daging halal. Masya Allah, penjualnya ramah sekali. rupanya bu Tatiana sudah menjadi pelanggan bertahun-tahun. Beliau bukan muslim, tapi hanyapercaya pada penjual daging ini. Dengan sabar, si penjual menjelaskan bagian2 yang ada pada pembeli.

Kami juga menemukan habatushaudah di toko itu. Ada dua merk, dan bu Tatiana menganjurkan saya mengambil yang royal. Lebih mahal sedikit, tapi lebih bagus kualitasanya. Rupanya itu titipan dari penjual biji2 kering diseblahnya. Disitu pula saya menemukan kurma majduul. Walau mahal, tapi tak semahal bila beli di supermarket. Sekilo 600 dolar.
Kurma berdaging tebal ini, adalah favorit kami. Bu Tatiana sempat memperingatkan, awass itu 600 lho... lhah, tapi bagaimana lagi? Kurma ini sangat penting untuk sahur dan buka. Jadi walaupun mahal, tetap kami kejar...
Kentang dan wortel, banyak yang dijual masih berbalut tanah. Ternyata itulah rahasia agar tetap segar walau tak dimasukkan ke dalam kulkas.
Pulangnya, bisa ditebak, bagasi mobil hampir tak muat menampung belanjaan kami. Senang bisa terjun langsung k epasar rakyat ini. Semoga masih bisa datang kesana lagi'

Sunday, November 25, 2012

Eid ul Adha 2012, our first snow in Moscow


Tinggal di Moscow, apalagi kalau bukan salju yang ditunggu oleh anak-anak. Tiap pagi, mereka selalu menanyakan kapan salju datang. Dan akhirnya pagi itu, saat kami baru saja pulang dr sholat Eid di KBRI Moscow, salju deras pun datang.

Salju yang turun, bagai ribuan kapas beterbangan, menempel di mana-mana. Di jaket, di payung, di atap, di kaca mobil. Saya coba untuk menggengamnya, namun uuh tak jua berhasil. Saya berusaha untuk menggapai butiran yg agak besar, tapi salju itu selalu luluh dalam genggaman. Luruh bersama hangatnya jemari yang perlahan menguap, berubah menjadi dingin...
Saya berlari, menari berputar, terbahak dan berteriak... finally.....I can touch you, my frist snow in Moscow!!
Saat itu, kami barusaja keluar dari Metropolis mall. dengan sepatu boots selutut dan jaket berisi bulu angsa, yang masih lekat dengan harumnya bau toko. Biarlah orang-orang melirik, biarlah orang-orang menggumam, saya tak peduli...
Kotak sepatu boots, berisi sepatu lama, basah tertutup banyak butiran salju. Kami naik tramway pun, lantainya licin...Oops, hampir tergelincir.
Hutan kayu di kanan sepanjang jalan mulai tertutup butiran kapas itu. Indah sekali...
Takbir masih terucap di bibir ini. Gemanya semakin terasa mendalam dengan keindahan alam yang saat itu sedang terjadi.
Allahu Akbar.
Biarpun salju turun cukup deras, kegiatan orang-orang tetap berlangsung normal. Semua orang berjalan kaki dengan cepat, setengah berlari. Saya tahu, meskipun cepat, mereka tetap waspada. Sepatu sudah dibuat dengan disain yang berbeda, alas kaki, dibuat dari karet, yang berpola, agar tidak licin.
Paginya, salju sudah tebal menutup halaman. Boat-boat yang biasa parkir di yacht club, sudah disingkirkan. Taman diseberang sungai tampak indah. Tiba-tiba, ada dua anak laki-laki, berlari ketengah lapangan bola. Dari binokuler, kami tahu, mereka anak-anak korea, bersekolah SMA di American school, yang biasa berangkat bareng-bareng di school bus. OOh rupanya mereka mengukir hamparan salju. Anak-anak korea itu, menuliskan kata-kata, yang kurang lebih berarti I love you....
Indah sekali...

Wednesday, October 3, 2012

Moscow, dan stasiun metronya

Alhamdulillah, bulan Oktober ini kami memasuki bulan kedua tinggal di Moscow. Tepatnya pada tanggal 23 Agustus kami memulai hidup menetap disini. Seminggu sesudahnya, kami pindah dari hotel Lotte, di daerah Arbat, pusat kota, ke kompleks apartemen Alye Parusa, luar kota, di daerah Moscow Tenggara yang berada tepat di pinggir sungai Moscow.

Saat kami menginjakkan kaki untuk pertama kalinya, 1 Juli 2012, suhu udara sedang panas-panasnya. Anak-anak lebih memilih tinggal dihotel, bermain dan berenang, dari pada menjelajah kota. Memang suhu panas dan lembab sangat tidak nyaman untuk mereka. Apalagi belum tentu taksi bisa didapat. Transportasi yang paling mudah dan cepat, dengan metro. Metro menjangkau dari ujung utara ke selatan, barat ke timur. Seandainya tujuan jauh dari stasiun metro, tersedia sambungan transportasi berupa tram listrik dan bus yang murah dan cukup banyak. Untunglah, kami hanya tinggal selama dua minggu. Menjelang Ramadhan, kami pulang kampung. Puasa di musim panas terlalu berat untuk anak-anak. Subuh dimulai jam 02.50, dan diakhiri 22.05. Subhanallah.




Saat ini, di awal musim gugur, suhu kadang-kadang sudah mencapai 3 derajat di pagi hari. Anak-anak pun berangkat dengan jaket tebal. Syal dan sarung tangan selalu ditanggalkan belum sampai di depan pintu lift. Terpaksalah saya simpan dulu. Belum waktunya mungkin. Repotnya, siang hari, suhu cukup sejuk, sekitar 10-12 derajat, sehingga saat pulang sekolah jaket sudah terlepas pula. PAdahal tanpa jaket, temperatur itu cukup dingin untuk keluar tanpa baju hangat. Solusinya, diluar seragam selalu saya pasangkan sweater untuk mereka. Semoga itu cukup melindungi.

Di Moscow, statiun metro yang banyak tersebar di seluruh penjuru kota mempunyai desain yang sangat menarik dan berbeda-beda. Ini sangat membantu saya untuk mengingat-ingat. Maklum, pengetahuan huruf yang masih baru, membuat saya perlu waktu beberap menit untuk membacanya.

Ada stasiun yang mempunyai banyak patung. Di bagian yang ada patung anjing, banyak orang yang berhenti sebentar, menyempatkan diri untuk mengelus atau memegang anggota tubuh anjing tersebut. Karena terlalu sering dipegang, warnanya sampai berubah. Konon, dengan itu, mereka berharap bisa kembali ke kota Moscow lagi, Ada juga yang berkata, itu adalah ekspresi rasa sayang mereka pada anjing.
What do you wish Naila by touching the dog statue? Nothing Mum, It is shirk if I do that.



Puluhan ribu commuter menggunakan transportasi anti macet ini. Sempatkah mereka menikmati keindahannya?


Tuesday, October 2, 2012

Birthday? Hari yang istimewakah?

Dua belas tahun yang lalu, di kota kecil bernama Comodoro Rivadavia, bayi ini lahir. Setelah dua minggu ditunggu tak juga lahir, maka dokter Enrique Lanzani pun memutuskan untuk melakukan tindakan operasi cesar. Sebelumnya, setiap pagi saya harus melakukan pengecekan kondisi bayi. APakah gerakan masih aktif dll. Ketika akhirnya seminggu lebih tak juga ada pembukaan, sedangkan induksi tak mungkin lagi dilakukan, maka Naila pun lahir dengan jalan operasi.

Jam 08.00 pagi, kami masih kontrol biasa, dan saat itu diputuskan untuk operasi. "Ssst, no hable si ya comiste una barra de chocolate..." bisik dr LAnzani. Memang, perut yg seharusnya kosong sebelum operasi sudah saya isi dengan sebatang coklat, agar si bayi aktif bergerak saat di monitor.

Dan...jam 11 siang pun kami sudah berada di Hospital Espanola. Ketika diminta baju bayi oleh perawat sebagai persiapan sebelum bayi lahir, astoghfirullahal adziim... tas hanya berisi baju-baju saya. Rupanya semalam, ketika saya melakukan pengecekan ulang, tidak kembali saya masukkan ke dalam tas. Terpaksalah Pak Mei pulang untuk mengambilnya. Hfff untung dekat. JAraknya 3 km saja.

Kemarin, kami mencium dan membangunkan si mantan bayi itu, dengan penuh rasa syukur. "Where is the present?" Oops, bangun tidur kok langsung nagih. Bukankah sudah ada boot cantik? Sudah ada bean bag seperti yang kau minta, anakku? "No, Azul dan Zahra belum kasih hadiah...." Hahahaha, she knew that! Dia tahu kalau papanya masih menyisakan dua buah hadiah untuknya, yang dibeli di Madrid minggu lalu.

Ulang tahun? Bid'ah, Atik!! Yes, I knew it. Saya selalu mencoba untuk tidak merayakannya. Tapi untuk melupakan bahwa itu hari yang istimewa, dan menjadikannya sebagai hari biasa, kadang sulit untuk diwujudkan. Si anak, yang tumbuh dalam lingkungan barat, menuntut untuk menjadi istimewa di hari itu. Maka, walaupun tidka dirayakan dengan mengundang teman sekolah misalnya, tapi kami memberikan sesuatu hadiah untuk mereka. Sebagai imbangan, kami juga selalu berusaha memberikan hadiah pada hari raya Muslim. Agar mereka sadar, bahwa hari itu adalah hari istimewa bagi kaum muslim.

Bayangkan, bagaimana gembiranya Naila, saat pulang sekolah datang dengan segudang cerita. Setiap ada session kelas yang diikuti, selalu diawali dengan lagu happy birthday ke dia. Setiap dia mencoba menjawab pertanyaan, atau berbicara di dalam kelas, diikuti dengan lagu itu pula. Bahkan ketika masuk ke cafetaria sekolah, semua berdiri dan menyanyikan lagu itu untuknya. Yang terakhir, dalam assembly pun, semua menyanyikannya. Guru, teman dan semua yang hadir. Mungkin, karena dia siswa baru di sekolah itu, dia mendapat perlakuan istimewa, begitu jalan pikiran saya. Efeknya? Sehari sebelumnya dia yang complain tentag sekolahnya, karena teman-temannya suka pinjam alat2 tulis dan jarang kembali lagi, hari itu datang dengan kalimat " I love that school!"

Berikut tulisan saya pada note FB tgl 11 Maret, ketika sahabat SD saya berulangtahun dan saat itu saya teringat padanya, Nining :

Entah kenapa, saat duduk di bangku sekolah dasar aku dan beberapa sahabat mempunyai kebiasaan mengingat tanggal ulang tahun teman. Padahal diantara kami hanya beberapa saja yang rutin merayakan pesta ulang tahun. Walau hari itu berlalu begitu saja, tapi kami beramai-ramai memberikan ucapan dan pelukan kepada sahabat yang sedang berulangtahun.

Ulang tahunku sendiri pernah dirayakan ketika aku duduk di kelas 6 SD. Mungkin karena itu tahun terakhir di SD ataukah orang tua iba padaku yang selalu menjadi tamu di dalam pesta. Tak pernah mengundang teman. Karena dana terbatas, bapak ibuku adalah guru SMP, maka perayaannya juga sangat sederhana. Menu utama pesta adalah tumpeng nasi kuning dan soto ayam. Kok masih ingat? Iya dong, karena itu yang pertama dan terakhir buatku.

Di sekolah, pada hari ulang tahunku itu juga, teman-teman memberikan surprise yang mengesankan. Saat membuka tas sesudah jajan di kantin ada sebuah bungkusan di dalamnya. Ketika kubuka, ternyata berisi segenggam daun kemangi yang dipetik dari kebun sekolah. Bungkusan itu diikat dengan beberapa karet gelang. Spontan aku berlari ke kamar mandi, muntah-muntah. Rupanya mereka menggodaku. Teman-temanku tahu kalau aku punya phobia dengan karet gelang dan benci dengan aroma daun kemangi. Ketika balik lagi ke kelas, mereka masih tertawa terpingkal-pingkal. Diriku? Tentu saja antar marah dan gondok, tapi malu untuk mengungkapkan. 

Saat kami sudah bisa saling kontak lagi lewat FB, ternyata mereka masih ingat kejadian itu. Sekarang sih aku tertawa geli, tapi coba bayangkan perasaanku saat itu?Kebiasaan mengingat hari ulangtahun teman, ternyata masih melekat erat sampai duduk di bangku SMA. Walaupun begitu tidak semua bisa kuingat. Biasanya karena ada sesuatu yang bisa menjadi tonggak pengingatnya. Seperti misalnya Alimin, seorang teman yang pendiam, duduknya diujung belakang. Belum tentu dua minggu sekali aku berbincang dengannya. Kenapa aku masih ingat sampai saat ini? Karena hari ulangtahunnya tepat sehari setelah ulangtahunku. Atau Ronny, sahabatku saat kelas 1 SMA, mempunya hari ulangtahun yang sama dengan tanggal wafatnya ibu sahabatku yang lain.

 Jadi jangan pernah GR kalau aku ingat hari ulangtahunmu.Mengapa aku menyinggung tentang GR? Dalam sebuah group FB ibu rumahtangga, ada yang pernah mengeluh tentang sikap yang harus diambil karena ada seorang teman perempuan suami selalu teringat pada hari ulangtahun suaminya tersebut Apakah berarti perempuan tersebut mempunyai masa lalu dengan suaminya? Ataukah diam-diam dia merupakan pengagum suaminya? Haeduh….tentu saja aku kaget. Segera saat itu kuberi masukan. 
Selain karena aku kadang ingat pada ulang tahun seorang teman, juga karena ada seorang mantan teman kantor suami, perempuan, yang rajin mengucapkan selamat pada hari ulang tahun suamiku. Naksirkah dia? No! Lalu kenapa selalu ingat? Karena kebetulan hari lahir suamiku bersamaan dengan hari ulang tahun Brooke Shields, artis favoritnya.

Ketika sudah sibuk mengurus anak, aku sudah melupakan kebiasaan itu. Apalagi ditambah pengetahuan ilmu agama, yang mengajarkan hanya ada dua perayaan didalam agama Islam, Idul Fitri dan Idul Adha. Aku mulai menganggap hal itu tidak penting. Bagaimana dengan anak-anakku? Mereka tidak kubiasakan untuk merayakan hari ulang tahunnya. Paling sekedar datang ke sekolah, membawa kue dan meniup lilin bersama guru dan teman-temannya. Di rumah kusiapkan nasi kuning dan ada sekedar hadiah untuk anak yang berulangtahun. Sebagai penyeimbang, pada hari Idul Fitri dan Idul Adha aku juga memberikan hadiah pada mereka. Dengan hadiah itu, aku berharap mereka sadar bahwa hari itu istimewa bagi kita umat Islam. Dan ternyata benar mereka selalu menunggu datangnya hari ulangtahun dan kedua hari raya kita.
Fatalnya, adalah saat pergaulan sudah mulai merembet ke tingkat antar bangsa. Sesuatu yang sepele bagi kita, ternyata sangat penting nilainya untuk bangsa lain. Tetanggaku, sekaligus sahabat baik saat kami tinggal di Argentina, sempat marah beberapa tahun. Aku lupa mengirimkan ucapan selamat pada saat hari ulang tahunnya tiba. Email dariku tak lagi dijawabnya. Salahku juga sih, karena sebulan sebelumnya aku sudah diingatkan olehnya, kalau mereka sedang bersiap-siap membuat pesta. Untung kejadian yang tak mengenakkan beberapa tahun lalu, sudah membaik. Lagi-lagi FB yang mempertemukan kami lagi. Tentu saja, dengan pengingat dari FB aku tak pernah lagi lupa pada hari ulang tahun mereka.
Ketika kami pindah ke Rio de Janeiro, undangan pesta ulangtahun untuk anak-anak bertambah banyak. Orang Amerika Latin, baik pendatang maupun orang lokal lumayan banyak di American School, tempat sekolah anak-anakku. Mereka memang dikenal senang berpesta. Lama pestanya pun tidak main-main, empat jam. Karena perbandingan tempat pesta dengan pengguna tidak seimbang maka untuk pesan tempat di akhir pekan sangat sulit.

 Beberapa kali anak bungsuku yang baru berusia tiga tahun menerima undangan di hari sekolah, pada malam hari! Dari jam 17.30 sampai dengan jam 21.30. Dengan banyaknya undangan, tentu saja aku lebih selektif. Baik dari pertimbangan waktu pesta, jenis pesta maupun jarak tempuh dari rumah. Kalau tidak wah bisa jadi party kids deh anak-anakku.Jenis pestanya cukup beragam. Untuk yang berusia tiga sampai delapan tahun masih bermain di arena bermain, atau di rumah pertanian. Yang diundang sekeluarga pula. 
Untuk anak sulungku, usia 11 tahun, undangan pesta lebih variatif. Bisa dengan cara melakukan aktifitas di beberapa tempat kursus, seperti melukis, mengecat keramik atau bahkan manikur dan berdandan ala artis. Setelah selesai, mereka akan berlenggak-lenggok di karpet merah, melakukan semacam fashion show. Belakangan ini undangan limo party sedang menjadi mode. Biasanya yang diundang hanya teman karib saja, sekitar delapan sampai sepuluh anak. Anak-anak itu diajak berkeliling kota naik mobil limousine selama sekitar dua jam, didampingi orangtua yang berpesta. Sehabis itu, kadang dilanjutkan pijama party.
Pijama party hanya dilakukan antar teman dekat saja. Jadi, aku sudah kenal betul dengan orangtua temannya. Sudah tahu situasi dan peraturan dalam rumah itu. Karena sudah kenal, aku bisa berpesan agar mereka mengingatkan anakku untuk tidak lupa melakukan sholat lima waktunya. Suatu hal yang tidak mudah, karena kami satu-satunya keluarga muslim di sekolah itu.Aku yang masih bertahan untuk tidak mengadakan pesta bagi anak-anak, kadang sering merasa tidak konsisten. Di satu sisi aku tidak ingin menghabiskan biaya yang cukup mahal. Sepertinya kok sia-sia ribuan dolar, untuk sebuah pesta. Apalagi ada pendapat kalau hukum asalnya dilarang merayakan. Di sisi lain aku tahu betul anak-anakku pasti juga ingin menjadi pengundang pesta. 

Seperti yang kualami dulu sewaktu kecil.Nasehat Hanadi, orang Suriah, mantan tetanggaku di Libya dulu, adalah jangan pernah membiarkan anakmu datang ke pesta ulang tahun. Karena suatu ketika mereka akan minta untuk dirayakan juga. Alasan dia, perayaan itu bidah. Tidak ada ajarannya. Hmmm, anak-anakku yang masih kecil ini, yang masih harus ditegakkan kuat aqidahnya, apa sudah harus diperkenalkan dengan hukum bidah? Aku sedikit khawatir kalau mereka merasa Islam itu tidak fun. Yang ada hanya larangan saja. Lagipula hari berikutnya, pasti semua temannya akan membicarakan pesta itu di sekolah.
Pernah juga untuk si sulung kami mengadakan pesta sederhana. Bukan pesta ulangtahun, tapi pesta perpisahan, saat kami akan pindah dari Dubai ke Brasil. Pesta diadakan di sebuah tempat kursus membuat craft. Mereka yang datang diajak melukis di atas gelas. Gelas hasil lukisannya boleh dibawa pulang. Sederhana, tapi berkesan.

Di Rio de Janeiro aku belum menemukan tempat pesta yang jauh dari kesan hura-hura. Apa yang kulakukan ketika anak-anakku minta dirayakan? Kujelaskan pada mereka besarnya biaya sebuah pesta. Berapa besarnya biaya sebuah tiket pulang ke Indonesia, atau untuk berlibur. Begitu juga dengan besarnya penghasilan rata-rata orang Indonesia. Pesta sederhana di apartemen sendiri? Rasanya tak mungkin. Anak-anak membutuhkan ruang lapang untuk bermain, dan itu kami tak punya. Untunglah sampai saat ini, mereka masih bisa menerimanya. Semoga juga untuk nantinya.

Thursday, September 27, 2012

KUNCI KEBERHASILAN

Dalam sebuah group diskusi kepenulisan yang saya ikuti, teman mempostingkan berita dari Tempo. Isinya, Ahmad Fuadi, penulis terkenal dengan karyanya "Negeri 5 Menara", terpilih sebagai resident writter, dan akan tinggal selama sebulan di villa khusus untuk menulis. Villa tersebut terletak di pinggir danau Como, Italia Utara. Pemandangan gunung Alpen akan bisa dinikmati dari jendela-jendela villa. Program ini disediakan oleh Bellagio Centre, dan diikuti oleh seniman dan akademisi dari seluruh dunia. Program ini dibiaya oleh Rockefeller Foundation.

Dengan fasilitas yang menarik seperti itu, tentu diharapkan penulis akan lebih bisa menghasilkan karya yang bermutu. Tempat yang tenang, pemandangan indah, dan fasilitas yang memadai. Tetapi apakah semua itu bisa menjamin keluarnya sebuah karya? Jujur saja, saya malu membacanya. Begitu kuat keinginan saya dulu untuk bisa menghasilkan sebuah karya, paling tidak, karya pribadi, yang bisa diperlihatkan pada anak cucu. Namun selalu saja bersembunyi di balik alasan kesibukan. Selain itu, ditengah-tengah semangat mengikuti pengajian online dari Dubai yang sangat menarik, kadang saya ragu. Apakah waktu yang saya habiskan satu dua jam untuk menulis hanya beberapa baris, tidak tergolong sia-sia? Mana yang lebih utama untuk dipergunakan saat waktu longgar? Belajar agama, yang bisa mengahbiskan waktu satu dua jam, ataukan menulis? KArena setengah-setengah kemauan, akhirnya yang terjadi, keduanya tidak bisa menghasilkan produk yang optimal.


Baik ketika tinggak di Rio de Janeiro, maupun di saat ini di Moscow, meja kerja saya juga mempunya pemandangan tak kalah indahnya. Di Rio de JAneiro, pantai yang menghampar dengan langit biru, kadang di selingi gulungan awan, merupakan sumber inspirasi yang tak ada habisnya. Saya ingat betul, ketika Dana, seorang teman yang berasal dari Kazakhstan berkunjung ke rumah, dia melemparkan gurauan yang cukup menggelitik.... "Atik, you have to produce a good book, from this house. With, a beautiful view, you will have  a lot of inspiration. Just like Paulo Coelho." Memang konon Paulo Coelho, tinggal di depan pantai Copacabana, Rio de Janeiro. Dana, tak pernah tahu bahwa gurauannya itu cukup membekas di hati saya. Mungkin bahkan saat ini, dia sudah tak ingat lagi.

Di Moscow, kamar kerja maupun kamar tidur kami menghadap ke aliran sungai dengan percabangannya yang indah, sunyi saat hari kerja, dan akan sibuk dengan lalu lintas boat mini maupun yacht-yacht kecil di akhir pekan. Memang di bawah kompleks apartemen kami, merupakan yacht club pertama di Moscow. 

Ditambah fasilitas internet berkecepatan tinggi tak terbatas, serta beberapa laptop dan tablet yang tersedia, rasanya sungguh malu bila tak bisa segera berkarya. So, kesimpulannya, buat teman-teman..... Kemauan anda, itu adalah kunci yang utama.... Bismillah, semoga ini awal yang baik buat saya.
BEBEK GORENG?


"Remember, don't forget to bring one for me, please...." Begitu si Papa selalu berpesan pada anak-anak. "We can have it for dinner!" sambil tertawa, Pak Mei akan menutup telponnya, yang tentu saja sudah sempat mendengar jeritan anak-anak. "Papa!!"

Apakah semua jenis bebek bisa dimakan? Mungkin bisa. Hanya saja, untuk bebek yang diperdagangkan sebagai bahan makanan, berasal dari bebek yang diternakkan. Bebek ternak, biasanya merupakan bebek yang susah terbang. Sedangkan bebek liar, biasanya mereka mempunyai kemapuan terbang yang lumayan.

Ada satu jenis bebek potong yang terkenal, Muscovy  Ducks. Hmm... Bebek Moscow? Apakah bebek yang berenang di sungai Moscow ini tergolong Muscovy Ducks? Nop! Muscovy Ducks banyak diternakkan di Mexico, maupun di daerah Amerika Selatan. So, kenapa bernama bebek Moscow? Menurut artikel di Wikipedia, bebek ini populer diperdagangkan oleh perusahaan impor ekspor Rusia. Jadilah bebek tersebut dikenal dengan nama bebek Moscow. Mungkin kasus yang sama juga terjadi pada Turkey yang berasal dari USA, bukan dari Turki. Maybe...

Di rumah kita, yang terkenal adalah Peking Ducks. Anak-anak mengenal masakan ini cukup dekat ketika kami sering pergi ke restoran China di dekat Lamcy Plaza, di Dubai. Tidak jauh dari rumah. HArganya cukup mahal, tapi tak apalah dua bulan sekali. Si embak waitress akan mengiris-iris dagingnya, menyediakan kulit pancake nya dalam kukusan agar tetap hangat. Daging ini akan dimakan dengan potongan bihun goreng dan daun bawang yang diirs panjang dan saus kecapnya. Ketika potongan daging sudah habis dalam piring, dengan sigap, dia akan mengiriskan kembali. "Do you want the bones?" pertanyaan itu selalu terlempar. Tadinya kita tidak pernah membawa pulang. Tapi pernah sekali makan bersama teman, dia menyarankan untuk mencobanya. Dan.....ternyata enak! Daging yang menempel di tulang lebih crispy dan gurih.

Di Yogya, makanan Peking Duck bisa didapat di restoran Persley, di jalan Solo. Sayangnya, bebek panggangnya dipotong-potong bersama tulangnya. Rasanya pun lebih liat. Jadiiii, perlukah mampir Dubai lagi untuk menikmati Peking Duck nya?



Feeding the ducks....

Quack..quack...
wek..wek..wek...
Dan serombongan bebek pun datang. Seperti tahu, saat makan tiba. Mereka datang dari berbagai penjuru. Ada yang berenang santai, ada yang melakukan gerakan meluncur, kemudian mendadak ssrrrtttt, stop! seperti ada rem di telapak kakinya. Ada yang lebih tak sabar lagi, terbang meluncur, jatuh berhenti di tengah kerumunan.
Sebungkus roti tawarpun yang sudah terbuka, segera berpindah ke atas tangan-tangan mungil. Secuil demi secuil roti dilempar, jatuh ke kerumunan bebek. Belum sampai sedetik mengapung, roti segera jadi rebutan.

Naila, Azul dan Zahra pun dengan sigap menambah jumlah yang dilempar. Sebungkus roti pun menyusut cepat. Namun, tak sampai separoh, bebek pun sudah kenyang. Mereka sudah tidak bergairah lagi menyambut potongan-potongan itu.
Satu persatupun pergi, berenang pelan, cepat bahkan terbang. Cukup kenyang, berhenti mencari. Tidak seperti kita, para manusia yang kadang sibuk tak pernah lelah dalam mencari harta. Cukup untuk kita dan keluarga, maka kita pun akan bernafsu menumpuk lagi, memikirkan anak keturunan, bahkan kadang untuk yang belum lahir.

Ada beberapa jenis bebek yang ada di Moscow. Masih perlu dipelajari lagi, nama-nama latinnya. Mulai dari yang berleher hijau, mauapun yang bersayap kebiruan. Saya tidak yakin apakah mereka berasal dari satu family, ataupun jenis lain.

Sunagi Moscow yang terletak di sisi Alye Parusa Complex, compleks apartemen kami, bercabang di sisi kanannya. MAsih belum jelas mengapa di ujung cabang kekanan, sering tertutup pintu. PErnah beberapa kali kami melihat cruise yang masuk kek situ. Apakah itu sejenis tempat parkir, ataukah bendungan. MAsih perlu di eksplor lagi.

Sungai ini akan menjadi tempat bermain ice skating di musim dingin. Tidak heran, ada pintu dengan tangga diluarnya ke arah sungai. Saat ini pintu masih ditutup. KEtika musim dingin datang, dan sungai aman untuk dijadikan area ice skating, maka pintu akan dibuka.

Memberi makan bebek, adalah rutinitas kami saat ini. Ketika hari bagus, tidak hujan, kami akan berkeliling lapangan bola, setelah semua PR anak-anak selesai. Selesai berolahraga, maka semua akan berlarian ke tepian sungai. Untunglah pagarnya cukup tinggi. Namun, tetap saja, ekstra mata harus dipasang untuk mengawasi para junior yang energik ini...